Tuesday 20 May 2008

Creative

Creative … diserap oleh bahasa Indonesia menjadi kreativ.

Kata kreativ, sekarang menjadi kosakata yang sangat keren. Bukan hanya itu, kata kreativ juga ditakuti oleh para pembuat sistem, penjaga dan penganutnya.

Sistem … diserap dari bahasa Inggris ‘System’ yang secara wujudiyah berupa sejumlah aturan, struktur organisasi dan institusi yang kita sebut ‘para ahli/praktisi/yang berwenang’.

Jadi, apa itu kreativ ?

Sulit untuk mendefinisikan kreativ, tetapi pada dasarnya kita dapat melihat kreativ pada para seniman, pengarang, desainer, inovator, motivator. Itu yang positiv. Kreativ juga dapat dilihat pada karir kelam para cracker, carder atau sekedar kejahilan bocah-bocah SD. Yang terakhir saya sebut, baru saja diberitakan di koran. Seorang kepala sekolah swasta di Malang, baru saja memperkarakan seorang murid yang ‘kreativ’. Kepala sekolah ini, merupakan salah seorang murid pasca-sarjana yang disebut jenius oleh dosen pembimbing saya.

Tapi ternyata, dia tidak sejenius itu !!!

Alkisah, bocah MI (Madrasah Ibtidaiyah) ini terjerat ‘kasus’ gara-gara ‘menerbitkan’ 2 buah selebaran yang ditempelkan di dinding sekolah Islam swasta BANI HASYIM. Jika disingkat, selebaran yang pertama menuliskan bahwa sekolah BANI HASYIM tersebut DIJUAL, sedangkan selebaran kedua menuliskan bahwa putri kepala sekolah BANI HASYIM tersebut DICARI pihak berwenang. Menurut pemberitaan di koran, ulah bocah ini sudah berlangsung berulang kali. Sebagai akibatnya, kepala sekolah pun jadi jengkel dibuatnya. Tak pelak, bocah ini harus siap dituntut di pengadilan.

Kisah di atas adalah salah satu contoh kreativitas yang ditindaklanjuti dengan tindakan yang tidak kreativ. LUCU, BODOH dan KONYOL. Sulit kita bayangkan bahwa seorang kepala sekolah yang menurut dosen pembimbing saya disebut jenius itu, ternyata kalah oleh ‘selebaran’ bocah ingusan. Memang, sang kepala sekolah kemungkinan besar akan menang di pengadilan. Tapi kenyataannya, ketika seseorang kehilangan akal sehat dalam berfikir … dia sudah pasti dinyatakan KALAH. Kehilangan akal sehat = GENDHENG/GILA.

Bagaimana dengan bocah SD ini di masa depan ? Saya tidak perlu meramal, berdasar pengalaman, maka logikanya … kalau seekor nyamuk dibunuh dengan insektisida, maka di masa mendatang nyamuk ini akan kebal terhadap insektisida. Kalau sudah kebal, nyamuk ini tentu tetap sulit mengalahkan manusia, tapi dia tetap akan selangkah di depan. Obsesi nyamuk ini jelas, membuat manusia jengkel, terbangun dan tak akan pernah tidur nyenyak.

Yang menjadi persoalan adalah siapkah kita menghadapi ‘nyamuk’ ?

Saya yakin, kebanyakan kita tidak siap. Sudah berapa tahun, semenjak Malaria dan Aedes Aegypti ditemukan, namun kita selalu punya korban yang ambruk karenanya ? Terbukti bahwa ‘nyamuk’ bukan hal sepele. ‘Nyamuk’ selalu sibuk mencari celah, berinovasi dan bermetamorfosis agar tetap dapat bertahan hidup. Memang, hidupnya boleh jadi selalu berada dalam ancaman, terancam atau memang diancam. Tapi ‘nyamuk’ tidak pernah mati … mulai dari zaman dinosaurus sampai zaman robot.

Sekarang, kosakata ‘kreativ’ juga menempel pada kata ekonomi. Banyak para pemimpin negeri ini, mendengung-dengungkan kata-kata ekonomi kreativ, tapi tidak tahu siapa para pelakunya.

Untuk mengerti ekonomi kreativ, bayangkan siapa saja yang kira-kira masuk di dalamnya ? Jika anda sudah membayangkan, anda tentu tahu bahwa para pelaku ekonomi kreativ ini adalah orang-orang mandiri yang tidak berpijak pada sistem, tetapi justru memanipulasi sistem. Termasuk di dalamnya sistem ekonomi, sistem hukum, politik dan seterusnya yang biasa didengar pada mata pelajaran PPkn.

Sebagian besar para pelaku ekonomi kreativ bekerja pada sektor informal. Mereka merintis usahanya dengan modal dengkul dan berakhir pada kebebasan finansial dan kebebasan waktu. Bukannya memuji, tapi kenyataannya memang begitu. Anda tentu tidak pernah membayangkan, bahwa agen koran sanggup memperoleh omzet 2-3 juta rupiah per bulan. Anda juga tidak pernah menyangka bahwa tukang bakso bisa memperoleh omzet per bulan yang tidak jauh berbeda. Dan di sini, di internet, banyak pengusaha muda yang tidak pernah anda kenal dan ketahui. Sepintas, mereka mungkin tampak seperti pengangguran, tapi kenyataannya tidak … dompetnya kempis … karena hanya diisi bank check … bertuliskan USD.

Jujur saja, saya ngeri melihat kenyataan itu. Gaji saya dulu sebagai auditor junior cuman satu juta, kalah sama tukang parkir liar -yang taruhan nyawa- dengan omzet 2 juta per bulan. Jika dilihat statusnya, mentereng sekali kata AUDITOR itu, tapi gajinya ngenes. Tapi ngenesnya saya itu menjadi lebih ngenes ketika kita suka berlagak sok di depan para ‘tukang’. Entah itu tukang sol, tukang bakso, tukang parkir, tukang sablon, tukang dodok duco sampai dengan tukang jambret. Kenyataannya, tukang-tukang itu adalah master of himself / herself. Mereka adalah tuan dari dirinya sendiri, merekalah para pemilik usaha, OWNER !!! CEO !!!

Kengerian itu berubah jadi kekaguman bagi yang berpandangan positiv. Dan bisa jadi berubah bagi yang berpandangan sempit, menghina, picik dan super-duper konservativ. Jujur saja, pada masa ekonomi kreativ ini, boleh jadi buruh akan digantikan mesin, akuntan/auditor/lawyer akan menjadi baterai (baca: KULI) hal itu karena semuanya akan terotomatisasi. Kalimat halusnya,”Manusia terlalu mulia untuk bekerja keras dan bersusah-susah, izinkan sistem digital dan mesin yang menggantikannya.”.

Apakah saya tidak takut ? Tentu saja saya normal, saya pasti takut … karena latar belakang pendidikan saya cuman accounting. Accounting di masa depan pasti mati, accounting is dying now. Lagipula dengan kematian accounting itu sendiri, semuanya akan menjadi simple. Dunia usaha kreativ di masa depan mungkin masih paham pada patronase dasar ilmu keuangan (mainstream). Tapi seiring bertumbuhnya sektor informal maka yang terpenting di masa depan adalah KAS. Lagipula pengusaha informal tidak butuh accountant apalagi lawyer.

Kasarnya, ekonomi ke depan akan kian kompetitiv. Ketika buruh dan kuli sudah tidak dibutuhkan, maka cepat atau lambat akan muncul pengusaha-pengusaha muda dengan scope bisnis yang kecil namun tetap fokus. Hubungan di antara penjual dan pembeli akan kembali pada hubungan yang lebih bersifat non-formal. Yang dibangun bukanlah materi, tetapi kepercayaan, komitmen dan tanggung jawab. Karena scopenya kecil, maka lingkup materi dan barang yang berputar juga tidak terlalu ‘besar’ layaknya multinational corporation. Karena itu, jika terjadi pencederaan komitmen, kemungkinan besar maka hubungan bisnis akan segera berakhir selamanya. Tidak ada acara tuntut-menuntut, karena para pebisnis ini tahu bahwa profesi lawyer tidak jauh berbeda dengan lintah atau vampir.

Jadi kemana kita harus melangkah ? Kita harus melangkah pada peluang-peluang baru yang belum terjamah, menggapainya melalui visi yang jernih untuk segera direalisasikan. Karena ‘suatu hari’ tidak akan pernah tiba. Dengan merealisasikan peluang-peluang bisnis yang baru, anda akan segera keluar dari fenomena kuli multitasking. Anda yang saat ini bekerja sebagai kuli kantor tentu tahu, anda adalah baterai yang dipergunakan untuk menghandle berbagai macam kasus dan person untuk diselesaikan … atas perintah BOS anda. Saya pernah merasakan fenomena multitasking itu !!! Saya bergerak bagai robot dengan otak komputer. Capek …

Saya lebih menyukai urutan prioritas dalam bekerja dan membangun hubungan non-formal yang akrab dengan relasi bisnis saya. Dan itu hanya bisa dilakukan jika anda menjadi BOS atau setidaknya anda yang bekerja sebagai kuli kantor harus punya mental BOS. Lihatlah Bos-bos zaman sekarang, mereka sungguh sangat santai, kerjanya hanya membangun ‘relasi’ dari hari ke hari, mereka melakukan traveling tapi tidak pernah kelelahan, karena semuanya menyenangkan. Mereka … para BOS itu memegang kendali atas waktu. KULI … jangan harap …

Jadi mulai sekarang cobalah bersikap kreativ … mungkin beberapa karya kreativ anda akan ‘nyerempet’ ke arah kriminil, tapi nggak papa. Kan baru permulaan, semakin anda mengasah kreativitas anda, anda akan terbiasa dengan inovasi dan ide-ide segar dalam kehidupan sehari-hari, dan bukan tidak mungkin, itu adalah sebuah peluang usaha yang bagus. Berpikir kreativ akan mengajak anda bermental BOS. Tidak berpikiran sempit, seperti kepala sekolah BANI HASYIM yang sempat masuk pemberitaan koran nasional. Maunya, selalu saja berlindung di balik sistem !!! PAYAH !!!

“Wahai kepala sekolah BANI HASYIM … SADARLAH !!! Sejujurnya, saya malas memasukkan buku anda ke dalam literatur penelitian saya. Bukan karena anda berpikiran sempit, tetapi karena anda sendiri tidak sanggup membuat tulisan yang membumi dan mudah dipahami. Seorang jenius, akan membuat semuanya jadi lebih mudah. Bukan hanya untuk dipahami, namun juga untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.”

Ayo bermental BOS. Ayo bermental kreativ. Karena ini bukan soal memenangkan persaingan … ini soal makan dan tidak makan, ini soal hidup dan mati. Satu lagi, jangan suka menganggap rendah tukang bakso atau tukang-tukang lain, ya ?

Hehehe … jangan ketakutan dan merengut gitu !


Salam …

No comments: