Saturday 17 May 2008

REG … (lagi-lagi)

Jika anda cukup rajin menonton acara TV sepulang kerja, amatilah tayangan-tayangan yang disajikan kubus berwarna tersebut !!!

Ini bukan soal sinetron. Seperti yang kita tahu, sinetron di Indonesia selalu mengusung tema musiman. Di bulan biasa, temanya tidak jauh dari cinta. Di bulan Ramadhan, temanya tidak jauh dari religi. Itu belum cara penyajiannya yang ‘kasar’, tidak berpijak pada realitas dan jauh dari pesan moral maupun public education. Jadi, soal sinetron saya cukupkan sampai di sini !!!

Fenomena baru pertelevisian di Indonesia adalah … REG !!!

REG ini ‘menjual’ macam-macam, mulai konten HP, kehidupan pribadi, horoskop, motivasi, jaringan perkawanan … hingga -yang membuat saya cukup gusar- adalah UNDIAN !!!

Kenapa saya harus gusar ? Karena undian-undian ini cepat atau lambat akan mampu mencuci otak masyarakat Indonesia. Dan pencucian otak semacam ini, bahkan telah memperoleh izin dari Departemen Sosial RI. Saya pantas gusar, karena pesan-pesan yang disampaikan secara repetitive dapat berubah menjadi fakta, dari yang bersifat memotivasi pada akhirnya menjadi sugesti tanpa logika.

Cobalah lihat perkembangan iklan, billboard dan berbagai perangkat advertorial yang ‘berserakan’ di bumi pertiwi ini. Semuanya memancing minat dan rasa penasaran, yang pada akhirnya cepat atau lambat, sadar atau tanpa sadar akan membuat kita mencoba produk-produk yang ditawarkan tersebut. Jujur saya akui, saya pun pernah menjadi korban iklan.

Saya, tidak pernah tidak, selalu menjadi ‘korban’ iklan sabun LUX. Maklum, setiap periode tertentu, LUX selalu mengadakan undian untuk jalan-jalan bareng ke luar negeri bersama bintang iklannya. Salah satu bintang iklan LUX, adalah pacar khayalan saya … Mariana Renata.

Okey !!!

Jadi, ada apa dengan REG undian-undian tersebut ? Sebetulnya tidak akan menjadi masalah besar jika advertorial REG undian-undian ini berlangsung di luar jam prime-time. Namun kenyataannya, advertorial REG ini berlangsung pada jam tayangan anak-anak !!! Saya sebagai calon orang tua, pantas khawatir dengan para ‘penipu’ ini. Dengan kata-kata yang manis, mereka memikat ‘korban’nya. Cobalah baca kalimat-kalimat yang biasa dipakai penipu-penipu ini :

“Ayo ketik sebanyak-banyaknya, kalo dapat hadiahnya pasti hepi banget kan ? Dengan uang segitu, kamu bisa mau melakukan apa saja. Apa ? Mau digunakan untuk membantu orang tua ? Waaah … anak yang berbakti. Ayo cepet ketik sebanyak-banyaknya, karena aku pengennya KAMU yang menang !!!”

Hati saya sungguh sakit mendengar kalimat-kalimat menipu semacam itu. Betapa tidak ? Penawaran produk undian ini juga mencakup anak-anak sebagai korbannya. Padahal, anak-anak yang baru melek teknologi (pegang HP) adalah anak-anak dengan pemikiran sederhana dan nggak ngerti apa-apa. Mungkin saya terlalu paranoid. Tapi iklan-iklan menipu semacam ini, bukan tidak mungkin, akan mengajak korbannya mengikuti ajang perjudian … walau sekali !!!

Para penipu ini dengan mengantongi izin pemerintah dan konsesi tarif dengan pihak operator mampu meraih keuntungan yang berlipat-lipat, jika berhasil merayu korbannya. Kasarnya dengan tarif rata-rata Rp. 2000, mereka sanggup memperoleh modal kerja sebesar Rp. 1650 s.d. Rp 1850 per sms partisipasi (bukan per korban). Masalahnya kita tidak pernah tahu, berapa partisipasi yang diraih para penipu ini ? Tapi bisa jadi milyaran rupiah. Hal ini bukan sebuah hal yang mustahil, karena karakter orang Indonesia adalah terlalu ‘ramah’ dan percaya dengan ‘intuisi’ keberuntungan. Seperti saya … sebagai contohnya !!! T_T (Payah banget … nulis kelemahan diri sendiri !!!)

Dengan pasar (wilayah kerja) nasional dan penghimpunan dana yang massive dari masyarakat, semestinya mereka mampu menyajikan transparansi dan akuntabilitas kepada publik. Tapi, nyatanya transparansi dan akuntabilitas itu tidak pernah diungkapkan kepada masyarakat. Jadi, titel PENIPU pantas disandang oleh penyelenggara REG-REG undian itu.

Kalau mereka memang penipu … sebetulnya saya tidak akan pernah ambil pusing.

Yang justru membuat saya pusing adalah dampak sosial kemasyarakatan yang ditimbulkan. Undian-undian, dari zaman SDSB sampai zaman REG-REG an ini ditopang oleh pangsa pasar baru, pangsa pasar yang ditopang oleh imajinasi dan impian. Berawal dari sinetron yang menggambarkan kaum borjuis, pembantu yang jadi OKB, anak jalanan yang jadi sekretaris direktur dan sejumlah mimpi. Undian-undian REG ini menjadi kokoh fondasinya.

Itu belum ditambah keadaan bangsa ini yang korup, bermental pengemis, pemalas dan tanpa punya malu mengaku-ngaku sebagai orang miskin untuk menerima BLT dan program konversi gas pemerintah. Sungguh, bangsa ini tahunya makan melulu tanpa pernah bekerja keras. Istilah orang Jawa bilang, “Koen iku … sega mateng surak hore”. Pantas saja, sedari dulu bangsa ini selalu jadi kuli di negeri sendiri, karena otaknya tidak pernah berpikir. Sudah diberitahu pun, masih saja ngeyel dengan kebodohannya. PARAH !!!

Kalau masyarakat terus dicekoki dengan mimpi-mimpi kosong dan undian-undian bodhong, lebih baik negara ini ditutup sekarang juga. Kalau kenyataan itu terus dibiarkan, negara ini tidak pantas disebut sebagai negara republik, negara ini lebih pantas disebut sebagai negara rumah bandar. Dulu, judi togel yang nyelip-nyelip itu diberantas, lha kok ini yang terang-terangan ditonton setiap hari malah dibiarkan. Selain itu, seharusnya para artis pendukung REG-REG an gombal itu harusnya malu, karena mendukung upaya money laundring dan ikut membodohi masyarakat. Ngakunya artis, tapi tingkahnya gak nyeni blas !!!

Salam …

No comments: