Saturday 26 April 2008

Puasa

Jum’at, 14 Maret 2008

Baru beberapa saat lalu saya menonton berita di salah satu saluran televisi nasional. Dalam salah satu sesi pemberitaan, dikabarkan tentang munculnya fenomena busung lapar (kelaparan) yang menimpa balita-balita di beberapa perkotaan maupun pedesaan. Tentu saja hal ini merupakan realita yang memilukan. Bagaimana tidak, di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini, rakyat harus menanggung kelaparan.

Sayup-sayup, pemerintah secara kontinu mengajak masyarakat untuk berhemat, berpuasa dan mengencangkan ikat pinggang. Pernyataan semacam itu, secara tidak langsung telah melukai hati masyarakat. Masyarakat selama ini telah berhemat, telah berpuasa untuk menahan laju harga-harga. Jika pemerintah terus meminta masyarakat berpuasa, insyaallah masyarakat Indonesia akan mengalami Ramadhan sepanjang tahun atau bahkan seumur hidup.

Jika hal tersebut benar-benar terjadi, kita perlu memikirkan pernyataan Gus Dur yang kurang lebih dituturkan sebagai berikut :

… kalau anda mengalami kelimpahan rezeki dari Tuhan dan kemudian menahan diri anda dari rezeki tersebut, maka anda –pantas- disebut berpuasa. Tapi kalau anda menahan diri, karena tidak ada suatu rezeki pun yang bisa anda nikmati, itu berarti anda menjalani kelaparan …

Pernyataan Gus Dur tersebut, sekilas terdengar seperti sebuah lelucon. Tapi apa benar demikian ? Kita memang mengalami kelaparan. Semenjak era perjuangan sampai era petrodolar saat ini, masyarakat tetap menjalani “kelaparan” atau lebih logis disebut puasa tiada henti. Anehnya, walau sudah berpuasa puluhan tahun, negeri ini tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Seolah-olah semua menjadi tampak wajar, kelaparan adalah peristiwa biasa dan PHK adalah konsekuensi bagi pekerja yang menuntut kenaikan upah.

Kalaupun kelaparan itu wajar disebut sebagai puasa, mungkin kita sudah menempatkan satu pijakan yang salah. Puasa itu kan hanya untuk Allah ta’ala dan dinilai langsung oleh Allah. Lha, apakah wajar kalau kita berniat puasa karena nggak ada yang dimakan ? Kedengarannya saja sudah lucu :

… Ya Allah, hari ini saya berniat puasa karena tidak ada yang dapat saya makan hari ini begitu juga untuk hari esok dan esok dan esok dan esok dan esok … lagi …

Memang, saat ini kita tidak dapat dan tidak afdhol jika saling menyalahkan satu sama lain. Saat ini dunia sedang dilanda resesi, sebagai akibat jebolnya sistem perekonomian United States yang diawali oleh macetnya kredit perumahan (Subprime Mortgages) dan kenaikan harga minyak dunia akibat perang di dataran Timur Tengah yang berkepanjangan. Saat ini, sebetulnya saat yang tepat untuk melakukan integrasi ke dalam antar anak bangsa.

Rakyat harus mengerti, jika subsidi harus mulai dikurangi. Tapi pemerintah juga tidak selayaknya berleha-leha di atas penderitaan rakyat. Mereka yang berbaju safari dan mereka yang berstatus PNS bukanlah segelintir Pengangguran Negeri Sipil. Mereka diberi kepercayaan untuk mengurus rakyat dan semestinya mereka mengurus rakyat sepenuh hati, bukan sepenuh PUNGLI. Dan kemudian PNS tersebut menyelamatkan dirinya sendiri …

Saat ini, jika pernyataan berhemat dan berpuasa adalah jawaban yang tepat. Maka pemerintah tetap perlu bekerja keras mengimbangi penghematan tersebut dengan menerapkan sistem prioritas jangka pendek, menengah dan panjang. Solusi jangka pendek dalam situasi resesi saat ini adalah membangun ketahanan pangan dan penegakan hukum yang baik. Masalah perut bukan masalah sepele, perut mampet berbuntut logika yang macet. Dalam logika yang macet, emosi makin seret. Kalau emosi sudah seret, maka dibutuhkan rasa keadilan … keadilan sosial dan keadilan ekonomi.

Rakyat sudah cukup bersabar … rakyat sudah cukup berpuasa ... sudah saatnya rakyat Indonesia buka puasa. Dan sekarang, dibutuhkan pemimpin yang sanggup memberikan buka puasa yang layak … bukan yang mewah … Masa, sekedar menyiapkan buka puasa yang layak saja pemerintah tidak mampu. Sementara hampir tiap hari eksekutif dan legislatif kita mampu minum mewah (baca : Starbucks Coffee) … rakyat hanya menginginkan sepiring nasi, tahu-tempe, sambal, krupuk dan es teh manis …

Saya sendiri … tidak neko-neko, cuman kepengin bisa makan dengan tenang dan tetap bisa melanjutkan mencatat di blog ini.

Salam …

No comments: